Minggu, 16 Agustus 2009

Inspirasi RE 32

Pekerjaan Itu...

Seorang pemuda yang sekian lama menganggur, berdoa memohon agar
Tuhan memberi pekerjaan. Setelah novena 9 kali, akhirnya Tuhan
memberinya pekerjaan, “AnakKu, Kuberi engkau pekerjaan. Inilah pekerjaan
bagimu yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia
yang telah diutus Allah.”
“Yaah...Tuhan, percaya mah bukan pekerjaan! Lagian, mana ada gajinya?”
Pemuda itu spontan berkomentar.

Roti Hidup

“Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi,
dan barangsiapa percaya padaKu, ia tak akan haus lagi.”
Banyak yang berada di sekitar Dia, tetapi mereka tidak datang padaNya
melainkan datang untuk dirinya sendiri.
Banyak yang ada di sekitar Dia, tetapi tidak percaya padaNya melainkan
pada dirinya sendiri.
Banyak orang di sekitar Dia yang haus dan lapar senantiasa.

Roti Bakar

Roti bakar bisa dipesan dengan rasa keju, coklat, kacang, stawberry, nanas,
atau kombinasi. Biasanya roti bakar tidak diproduksi oleh perusahaan
‘bakery’ tetapi dibuat oleh pedagang kaki lima di pinggir-pinggir jalan.
Sebenarnya roti itu tidak dibakar, tetapi dipanggang di atas penggorengan
dengan diolesi mentega.
Roti hidup dengan rasa ‘kasih’ tidak dibakar di atas penggorengan,
melainkan di atas pinggan kehidupan setelah diolesi mentega kepercayaan.
Namun karena ‘mentega’ nya terlalu tipis, maka roti itu kadang gosong dan
tidak enak dimakan.


Panggung ‘Catwalk’


Panggung ‘Catwalk’ adalah tempat para peragawati dan peragawan
memperagakan busana karya seorang disainer. Tujuan dari pameran itu agar
para penonton tertarik dan membeli busana yang diperagakan. Biasanya
untuk memperagakan busana rancangannya, desainer memilih orang-orang
yang cakep, berpostur ideal, dan terlatih untuk memperagakan busana. Cara
mereka berjalan, memutar tubuh, dan bergaya dipandang mampu memberi
nilai lebih pada keindahan busana yang dipergakan.
Jika saja gereja menjadi panggung ‘catwalk’ untuk memperagakan kasih
Tuhan dan bukan sekedar untuk menampilkan kehebatan diri sendiri, tentu
gereja akan menjadi lebih hidup.

Kebanggaan Kita

Ada yang bangga dengan gerejanya, karena di setiap misa kolektenya
berlimpah. Gereja itu pun lantas dikenal sebagai gereja kaya, lalu menjadi
‘jujugan’ paroki-paroki lain yang ingin mendapatkan dana.
Sungguh gereja itu menjadi besar, megah, dan tersohor ke mana-mana,
namun jika masyarakat di sekitarnya masih saja hidup menderita, maka
kebesaran dan kemegahan itu berhenti pada ukuran dunia, karena gereja itu
gagal menyajikan Roti Hidup untuk sesamanya.

Tengoklah

Kami berdua duduk di luar sebuah gereja. Kami berdua berlajar melihat. Karena
ketika kami melihat orang yang ada di dalam, yang kami yakin agamanya adalah
katolik juga, kami sama sekali tidak mengenalnya. Kami melihat mereka namun
terlalu sedikit yang kami tahu tentang mereka, padahal mereka adalah
SAUDARA. Dan ketika mereka pun keluar, tak satupun menengok atau
menyapa kami, karena mereka tidak ada yang mengenal kami, padahal kami
dan mereka adalah SAUDARA.

Tuhan, Maafkan Mimpiku

Suatu malam aku bermimpi. Dalam mimpiku, saat itu aku, istriku, dan anakanakku
sedang keluar dari gereja setelah selesai mengikuti Misa Kudus. Di luar
gereja, para romo di paroki kami berdiri menyambut umat, bersalaman dan
berbincang-bincang sejenak. Kami pun saling menyapa satu sama lain, dan
kami sungguh-sungguh mengenal semua yang tadi duduk bersama kami di
gereja. Misa Kudus itu hanya berlangsung satu jam, tetapi kami ngobrol
bersama sampai berjam-jam. Akhirnya kami pulang dengan ingatan yang kuat,
bahwa kami mempunyai banyak saudara.


Mbolos Sekolah


Beberapa anak bergerombol di belakang sebuah warung masih dengan
seragam sekolah, pada jam pelajaran sekolah. Mereka membolos. Mereka
asyik bercanda, ngobrol nggak karuan. Menurutku mereka melakukan hal itu,
karena tidak menganggap bahwa pelajaran yang harusnya mereka ikuti itu
penting. Namun mungkin juga karena mereka tidak suka dengan gurunya, atau
cara guru menyampaikan pelajaran yang membosankan.
Mbolos ke gereja, mungkin mempunyai alasan yang sama dengan anak-anak
yang mbolos sekolah. Mungkin bagi mereka bertemu dengan Tuhan itu tidak
penting, atau mungkin karena romonya, atau banyak alasan lainnya. Yang pasti,
tentu ada hal yang dianggap lebih penting dari pada Ekaristi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar