Jumat, 04 September 2009

Inspirasi RE No.35

Mengundurkan Diri

Ada banyak alasan seorang karyawan untuk mengundurkan diri dari tempat
dia bekerja. Mungkin karena gajinya kurang dan ada tempat lain yang
memberinya gaji lebih tinggi, mungkin karena kariernya mentok sudah,
mungkin karena suasana kerja yang tidak nyaman. Mungkin pula karena
pekerjaannya tidak cocok atau tidak mampu, atau mungkin karena alasan
kesehatan dan alasan keluarga. Masih banyak alasan lainnya, demikian pun
mungkin alasan murid-murid yang meninggalkan Yesus, mungkin mereka
tidak nyaman dengan pernyataan Yesus yang terlalu keras, mungkin mereka
tidak betah karena tidak mendapatkan keuntungan materi, mungkin juga
karena alasan masa depan yang tidak terjamin, atau mungkin karena tertarik
pada gadis atau pemuda farisi yang tidak sependapat dengan ajarannya.

Goncangan

Polisi tidur yang melintang di jalan-jalan kampung bertujuan untuk
membatasi kecepatan orang berkendaraan, supaya mereka tidak ngebut,
karena membahayakan pejalan kaki atau anak-anak yang ‘sliweran’. Namun
kalau nekat juga, dan tetap ngebut saat melintasi polisi tidur maka
pengendara itu akan mengalami goncangan dan terpaksa ‘njondhil’.
Perkataan Yesus menjadi goncangan pada iman murid-muridNya, sekiranya
kita pun mendengar secara langsung mungkin kita akan tergoncang juga,
kita akan ‘njondhil’ karena perkataan itu demikian membatasi keakuan kita,
membatasi harapan kita yang muluk-muluk. Bahkan membatasi pikiran kita
yang selalu berusaha memahami Dia dengan akal dan lupa bahwa kita
mengenal Dia adalah karena karunia Bapa semata.

Terlalu Keras

Untuk makanan yang terlalu keras, mungkin kita bisa menggigitnya sedikit
demi sedikit, atau menghancurkannya terlebih dahulu dengan di’uleg’. Tapi
untuk perkataanNya yang terlalu keras, kita hanya bisa melihat ke dalam diri
kita sendiri, adakah iman kita terlalu lemah, adakah kita tidak sungguhsungguh
meyakini Dia, atau adakah kita terlalu mengagungkan diri kita
sendiri? Agaknya sekali waktu kita perlu ‘nguleg’ perkataanNya tanpa harus
membuangnya, karena perkataan yang keras itu Dia sampaikan hanya
dengan satu alasan, Dia terlalu mencintai kita.

Kita Adalah....

Jika Dia dikaruniakan Bapa bagi kita, maka kita adalah....anak-anakNya
Jika Dia adalah roti kehidupan untuk kita, maka kita adalah ...anak kehidupan
Jika Dia adalah sumber air hidup bagi kita, maka kita adalah ..saluran rahmat
bagi sesama.

Duit Kaget

Di sisi luar dos makanan kemasan (doremitoss) terdapat tulisan ‘DUIT
KAGET’ karena dalam salah satu kemasan entah yang mana ada duitnya.
Seorang pembeli bertanya, “Berapa duit yang ada di dalam kemasan itu?”
ketika sang penjual menjawab 500 perak, spontan pembeli itu berkomentar,
“Kalo 500 perak mah nggak bikin kaget, kalo 100 ribu baru bisa bikin kaget.”
Rahmat di hidup keseharian sering tidak membuat kita kaget, karena yang
membuat kita kaget adalah mukjizat besar yang pantas kita ceritakan kesana
kemari dengan label ‘kesaksian’.

Rahmat yang Tumpah

Karena saat hendak memasukkan es batu ke dalam plastik berisi air teh,
sembari menyapa pembeli, kantung plastik itu jatuh dan air teh manis pun
tumpah. Hal yang harunya mendatangkan keuntungan, ternyata malah rugi dan
ditambah harus repot ngepel lantai segala. Meski demikian, penjual itu tidak
menangis sedih, melainkan tertawa dan menganggap peristiwa kerugian itu
tidaklah seberapa. Jika saja yang tumpah bukan sekantung air teh manis,
melainkan rejeki besar yang mestinya mendatangkan kebahagiaan, namun
tumpah karena keteledoran kita hingga mengakibatkan kerugian, kita akan
meraung keras-keras, dan mengutuki nasib kita yang sial. Seringkali yang
tumpah adalah sekantung rahmat yang mestinya membuat kita menyadari
kasihNya, sayang rahmat yang tumpah berceceran itu kita pandang sebelah
mata, karena kita asyik mengejar ‘rahmat’ besar yang dapat menyematkan
label ‘sukses’ pada kehidupan kita.

108

Jika ingin tahu nomer telpon dari alamat yang kita ketahui, atau ingin mendapat
informasi alamat dari nomer telpon yang kita ketahui, cukup telpon ke 108, maka
informasi tersebut akan kita dapatkan. Untuk mendapatkan informasi mengenai
rahmat dari sabda yang kita baca, atau mendengar sabda dari rahmat yang kita
peroleh, cukup kita letakkan telpon dan pandanglah mata dan hatiNya.

Read More....

Inspirasi RE No. 36

Persoalan Kita

Jika pernyataan Yesus, “Kalian memuliakan Aku dengan bibir, padahal hati
kalian jauh dari padaKu!” ditujukan kepada kita, maka untuk membuktikan
bahwa pernyataanNya tidak benar adalah dengan berubah. Hari demi hari
berubah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Namun justru seringkali kita
tidak peduli dengan perubahan dalam diri kita. Adakah kita akan berubah
menjadi lebih baik? Niat itu sering terlewatkan, kalaupun muncul akhirnya
hanya berhenti sebagai niat semata. Itulah agaknya persoalan kita.

Adat Istiadat

Perbedaan orang Farisi dengan orang Jawa adalah, jika orang farisi memberi
stigma ‘najis’ untuk pelanggaran adat-istiadat, orang Jawa menggunakan
kata lebih halus ‘ora ilok’. Namun kata ‘ora ilok’ itu pun saat ini sudah tidak lagi
dipedulikan. Nah, untuk memperkeras perkataan maka bisa digunakan kata
“Ora nggenah!” Namun karena perkembangan konsep indiviudalisme yang
semakin kuat, maka kata ‘ora nggenah’ pun tidak lagi membuat orang untuk
‘mawas diri’. Lha, untuk yang sudah sampai taraf seperti ini masih ada
perkataan yang lebih keras lagi, “wong edan!!” Namun karena jamannya
memang sudah jaman edan, maka istilah itu pun diterima sebagai pujian.
Jadi, perbedaannya orang Farisi dengan orang Jawa adalah kalau orang
Farisi takut dengan kata ‘najis’, orang Jawa di jaman ini tidak ada lagi yang
ditakuti atau membuat resah dirinya.

Najis, lho!

Suatu malam kami bicara soal najis. Menurutku, “Istilah najis mungkin identik
dengan istilah kotor, namun najis lebih spesifik karena menyangkut kotor
yang menodai kesucian. Pikiran-pikiran kotor sering dianggap tidak menodai
kesucian. Jadi tidak najis, karena menurut adat najis hanya menempel pada
benda atau perbuatan yang kelihatan.
Yesus lebih melihat hubungan manusia dengan Allah di tempat yang tidak
kelihatan, jadi pikiran kotor dari hati yang kotor itu,....najis lho!! “
Komentar temanku, “Ah, najis dan haram kan urusan MUI, lha kita kan
beragama Katolik?”

Sudah Keluar

Bagiku yang paling menyebalkan adalah, ketika kami sudah siap berangkat
dan sudah berada di luar rumah, tiba-tiba istriku kembali masuk ke dalam
karena ada sesuatu yang kelupaan. Komentarku, “Wong sudah keluar koq
masuk lagi!” Istriku tidak pernah marah dengan omelanku, karena dia tahu
bahwa omelan itu bukan keluar dari hati, tetapi hanya karena kebiasaan saja.
Dan dia pun tidak merasa risau karena kebiasaan lupa tidak ada dalam
kamus aturan adat istiadat, bahkan dalam adat istiadat Yahudi sekalipun.
Dengan Bibir
Dengan bibir pula kita bisa berdoa, tersenyum ramah, dan mengungkapkan
kasih. Tapi jika semua itu dilakukan hanya dengan bibir, sama halnya kita
tidak melakukan apa-apa.

Gelas

Penjual angkringan biasanya memisahkan antara gelas yang biasa untuk
minuman panas dan gelas yang biasa digunakan untuk minuman dingin. Hal itu
dilakukannya supay gelas tidak mudah pecah. Dia memahami bahwa kebiasaan
panas dan dingin itu merubah bagian dalam gelas, sekalipun bentuknya tetap
gelas. Gelas yang dibelinya dalam keadaan baru, telah berbeda dengan gelas
yang sekarang. Kitalah yang sering tidak menyadari perubahan dalam diri kita.
Adakah kita hari ini telah berubah dari kita yang kemarin? Ataukah kita terkejut
karena baru sadar bahwa kita telah banyak berubah, dan proses perubahan itu
sama sekali tidak kita sadari. Kita baru sadar ketika kita merasa pecah.

DOA

Berdoa sangatlah sederhana, tetapi menjadi sangat sederhana, itulah kesulitan
kita.

Terjebak

Setiap pulang melayat atau dari kuburan, pokoknya yang berhubungan sengan
orang mati, istriku mewajibkan kami untuk mencuci kaki terlebih dahulu sebelum
masuk ke dalam rumah. Katanya untuk menghilangkan ‘angsar’ atau pengaruh
buruk. Sampai suatu hari ketika kami pulang dari melayat dan hendak mencuci
kaki,eh...kran air mati, air PAM tidak mengalir sementara kami tidak mempunyai
sumur. Mau nebeng ke tetangga tentu sama saja, karena di lingkungan kami tak
ada yang membuat sumur. Jadilah kami duduk-duduk di teras menunggu air
mengalir lagi. Sementara aku merasa ingin buang air kecil, sementara di dinding
rumah kami tergantung salib-salib, dan gambar Yesus.

Read More....

Inspirasi RE No. 37

Pokokmen

Ada kata dalam bahasa Jawa yang membuat kita menjadi bisu dan tuli, yakni
kata ‘pokokmen’. Satu kata ini memang istimewa. Kalau sudah ...’pokokmen’
maka kita menjadi orang tuli yang tidak mau mendengar lagi pendapat orang
lain. Kalau sudah...’pokokmen’ maka kita menjadi orang bisu yang tidak bisa
berkata lain kecuali...’pokokmen’, sekalipun orang lain tidak mengerti.
Bahkan kalau sudah ...‘pokokmen’ , Allah pun harus menuruti kita.

Efata*

Ketika kita marah karena sikap dan tindakan orang lain, ketika kita kesal
karena orang lain tidak bisa memahami prinsip kita, Dia berbisik pelan di
telinga kita ‘Efata...’. Ketika kita sedih, ketika kita bahagia, Dia berbisik pelan
di telinga kita, ‘Efata...’. Ketika kita diam dan tak tahu harus berkata apa, Dia
berbisik pelan di telinga kita, ‘Efata...’. Dan ketika kita memejamkan mata
karena tidak bisa menerima kenyataan hidup, Dia pun berbisik pelan
‘Efata...’. Sayangnya bisikannya sangat lembut dan dengan mudah ditelah
oleh keinginan untuk mengangkapkan diri kita sendiri. Akhirnya ‘Efata...’ itu
tidak pernah kita dengar.
(*Efata = Terbukalah)

Bisu dan Tuli

Ada empat orang, yang satu tuli karena gendang telinganya pecah saat
mendengar bom meledak tidak jauh darinya. Dia pernah bisa mendengar,
namun sekarang kehilangan pendengarannya. Yang satu bisu karena pita
suaranya rusak akibat suatu penyakit. Dia pernah bisa bicara tetapi
kehilangan kemampuannya berbicara.Yang satu lagi bisu dan tuli sejak lahir,
dia tidak pernah bisa berbicara dan tidak pernah bisa mendengar
sebelumnya. Jika ada pertanyaan, lantas yang satu lagi bagaimana? Marilah
kita melihat ke dalam diri dan hati kita sendiri.

Namanya Gudheg

Tuli dalam bahasa Jawa namanya ‘bu..dheg’, bingung tidak tahu harus
bagaimana disebut ‘ju...dheg’, kalau yang sering untuk sarapan namanya
‘gu...dheg’. Nah, kalau dinasehati tidak juga manut namanya ‘nda...bleg’.
Tidak begerak kemanapun namanya ‘man...dheg’.
Dari kelima istilah itu,hanya yang namanya gudheg yang tidak sering melekat pada diri kita. Sementara istilah yang lain,.....iya juga sich! Hati kita sering ‘budheg’, pikiran kita sering ‘judheg’ , sikap kita sering ‘ndableg’ , iman kita juga ‘mandheg’.

Takut Salib

Pak Haji datang dan berbincang denganku. Dia bercerita suatu saat
menderita sakit dan dirawat di rumah sakit Panti Rapih. Ketika dia ingin
melaksanakan Shalat di tempat tidur, dia melihat salib Yesus persis di
depannya. Pak Haji ngak jadi shalat. Ketika perawat datang, dia meminta
agar tempat tidurnya diputar supaya dia bisa melaksanakan shalat.
Pak Haji itu terlalu takut untuk menyembah Yesus, sementara kita terlalu
takut untuk mengikuti Yesus. Kita lebih berani mengikuti kesenangan dan
kemauan kita sendiri.

Anak Kunci

Barang yang kita pergunakan untuk membuka pintu rumah adalah anak kunci.
Anak kunci juga kita pergunakan untuk menghidupkan kendaraan. Anak kunci
pula yang kita pergunakan untuk membuka lemari ataupun kotak simpanan kita.
Jika anak kunci hilang...ah jangan khawatir, masih ada tukang kunci.
Untuk membuka hati dan menghidupkan iman kita butuh anak kunci
khusus.Anak kunci itu bernama ‘kasih’. Jika kita kehilangan kasih, ..ah jangan
khawatir, Dia adalah sumber kasih yang tak akan pernah kering.

Aku ki...

Coba perhatikan gaya bicara kita. Adakah kita sering memulai kalimat dengan
kata ‘Aku ki...’ atau ‘Saya itu...’? Semakin banyak kalimat yang kita ucapkan
dengan awalan kata itu, menunjukkan bahwa kita lebih sering ingin didengar,
dan tidak ingin menjadi pendengar.

Gelang Karet

Gelang karet sangat beraneka ragam kegunaannya dan kita paling sering
kebingungan mencarinya ketika membutuhkan. Gelang karet bisa untuk
mengikat sesuatu, bisa untuk menjepret sesuatu, bisa untuk dimainkan di selasela
jari atau bermain lompat tali.
Sabda Tuhan di dalam kitab suci pun sangat beraneka ragam manfaatnya,
hanya saja kita sering kebingungan untuk mencari dan memahaminya, terlebih
menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti gelang karet, sabda juga
sering dibuat menjadi sangat lentur, semata-mata agar kita bisa memaklumi diri
kita sendiri.

Read More....

Minggu, 16 Agustus 2009

Inspirasi RE 34

Hidup Selama-lamanya

Jika ada tawaran bagi kita untuk hidup selamanya, spontan kita akan
memisahkan ‘hidup’ yang ditawarkan itu dengan hidup kita di dunia. Entah
kita akan mengartikan ‘hidup’ itu sebagai apa, yang jelas bukan hidup kita
saat ini, bukan hidup kita di dunia ini. Kita terlalu yakin bahwa hidup di dunia
sementara, dan kita terlalu yakin bahwa semua manusia di dunia ditakdirkan
untuk mati. Dan saking yakinnya, maka kita pun berusaha menikmati hidup di
dunia ini sepuas-puasnya, mumpung belum berakhir. Dan untuk tawaran
‘hidup’ selamanya, mungkin kita hanya menjawab, ‘Ah...ntar sajalah..”

Sekiranya

“Ini tubuhKu, ini darahKu...makan dan minumlah”
Berhentilah sejenak, dan mari kita menghayatinya.
Sekiranya kita dapat merasakan bahwa itu adalah tubuh dan darah Kristus,
maka terpampang salib di depan kita yang menunggu untuk kita pikul.
Sekiranya kita yakin bahwa itu adalah tubuh dan darah Kristus yang
sesungguhnya, maka tak akan ada orang katolik yang kaya raya.
Sekiranya kita menghayati benar bahwa itu adalah tubuh dan darah Kristus
yang sesungguhnya, maka kita tak perlu lagi menggunakan kata ‘sekiranya’.

Darah

Kata darah seringkali digunakan dalam frasa idiomatik. Darah seni berarti
bakat seni, darah muda berarti semangat muda, darah biru berarti keturunan
bangsawan, darah pahlawan berarti pengorbanan pahlawan. Bagaimana
kita akan mengartikan darah Kristus?

18 Bulan Lagi

Pengadilan Myanmar menjatuhkan hukuman 18 bulan tahanan rumah bagi
Suu Kyi karena dia mengizinkan warga AS tinggal di rumahnya selama dua
hari. Seandainya orang itu tinggal lebih lama lagi, mungkin lebih lama pula
hukuman yang dijatuhkan pada Suu Kyi. Untuk selanjutnya, mungkin Suu Kyi
akan lebih berhati-hati menerima dan mengizinkan orang lain tinggal di
rumahnya. Untuk alasan yang nyaris sama, kita pun sangat berhati-hati
untuk menerima dan megizinkan Yesus tinggal dalam rumah dan hati kita,
saking hati-hatinya kita merasa cukup hanya dengan menempel gambarNya,
patung, atau memasang salibNya.

Kaca Mata

Kaca mata minus untuk orang yang rabun jauh, kaca mata plus untuk yang
rabun dekat. Kaca mata rangkap, untuk mereka yang melihat jauh susah
melihat dekat juga susah.
Orang-orang Yahudi yang mendengar sabdaYesus tidak sakit mata, tetapi
mereka tidak bisa melihat jauhnya makna yang ada dalam sabda Yesus, dan
mereka pun tidak bisa melihat dekatnya kasih yang ada di hadapan mereka.
Agaknya mata hati mereka memerlukan kaca mata rangkap, persis seperti
juga...................................................................................................... kita!!!

Kitab Suci-ku

Kitab suci kecil selalu berada di dalam tasku. Dahulu kitab suci itu hanya kubuka
ketika aku hendak berdoa dan mencari tahu bagaimana Dia bersabda untuk
persoalan hidupku. Namun akhir-akhir ini aku lebih suka membuka kitab suci
karena rindu untuk mendengar suaraNya, dan kerinduan itulah yang semakin
hari semakin aku nikmati.
Kitab suci kecilku, tetap berupa buku, dan lembar-lembar yang ada di dalamnya
tetap berupa kertas, namun sabda-sabdaNya yang tertulis selalu bersuara di
dalam hati sanubariku.

Amplop Kecil

Beberapa orang melintas di depan sebuah toko, tiba-tiba serempak belok dan
masuk ke dalam toko itu. Mereka membeli barang yang sama, yakni amplop
kecil. Beberapa saat kemudian rombongan lain datang dan membeli amplop
kecil pula. Orang-orang itu hendak melayat, dan amplop kecil dibutuhkan untuk
‘nyumbang’. Dengan amplop itu mereka merasa aman dan nyaman, sebab
seberapapun yang mereka masukkan tak ada yang mengetahuinya. Hanya nilai
kepantasan yang membatasi mereka dalam menentukan jumlah sumbangan
yang akan diberikan.
Jika nilai kepantasan masih kita pergunakan untuk menentukan besarnya
persembahan kita kepada Tuhan, bagaimana kita akan menilai apa yang telah
Dia berikan kepada kita? Di dalam amplop kecil kita memberi namun
keseluruhan diriNya kita dapatkan.

Sekering

Sekering adalah alat pengaman, yang akan terputus jika arus listrik terlalu besar
melewatinya. Di dalam logika kita pun terdapat sekering yang akan terputus jika
arus rahmat demikian besar melewatinya. Ada sekering yang batasnya terlalu
kecil sehingga logika kita kerap putus dan semua dianggap mukjizat, ada yang
batasnya terlalu besar sehingga sebesar apapun rahmat yang mengalir, tetap
saja dipahami sebatas dengan logika dan tak pernah bisa melihat mukjizat.

Read More....

Inspirasi RE 33

Dua Kalimat

Dalam Injil Lukas diceritakan bahwa sebelum Maria mengunjungi Elizabeth,
kalimat yang dia ucapkan adalah, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku
seturut perkataanmu.”
Ketika dia bertemu Elizabeth, maka salah satu kalimat Elizabeth adalah,
“Siapakah aku ini, hingga ibu Tuhan datang padaku?”
Jika kita diminta memilih untuk menirukan, kalimat yang manakah yang
hendak kita tirukan?

Sudah Mulia, Koq

Ketika di gereja, saat umat bernyanyi seorang anak tidak mau ikut bernyanyi.
Ayahnya menegur anak itu katanya,”Nak menyanyi itu untuk memuliakan
Tuhan.” Anak itupun sambil berbisik protes pada ayahnya, “Pak, ngapain kita
memuliakan Tuhan? Tuhan itu, nggak usah kita muliakan juga sudah Maha
Mulia.”
Dengan sabar ayahnya menjelaskan, “Nak, memuliakan Tuhan itu berarti
menempatkan Tuhan sebagai yang paling berharga, paling berarti di dalam
hidup kita. Memang Tuhan itu segalanya, namun sering kita mengabaikannya,
bukan?”

Jiwa yang Berbicara

Ada dua jiwa di alam baka berjalan beriringan. Mereka meregang nyawa
selisih tiga hari saja. Yang satu suka tertawa, yang satu suka mengumbar
ekspresi untuk sebuah gugatan yang dirangkainya sendiri.
Keduanya terus berjalan, meski di dunia mereka saling kenal namun tidak
saling pandang karena mata tak lagi mereka miliki. Keduanya berdampingan
namun tak lagi berkata-kata karena mulut dan lidah tertinggal sudah di dunia.
Yang satu tak mampu tertawa, yang satu tak mampu mengurai rasa.
Sekiranya jiwa-jiwa itu mampu berbicara, mereka akan mengungkapkan
kepada kita, tentang arti kesederhanaan dan kehormatan setelah ajal tiba.

Nyanyian Belalang

Seekor belalang bernyanyi, menyanyikan kidung malam. Kidung itu
menceritakan kisah seorang ayah yang bernama Cyprianus dan ibu yang
bernama Chatarina, mempunyai seorang anak yang lalu diberinya nama
Willibrordus Surendra. Namun entah mengapa, agaknya karena anaknya
tumbuh di jaman yang salah hingga jadi seorang pemberontak, maka setelah
tua nama Willibrordus Surendra itu tak pernah disebut secara panjang
melainkan cukup dengan singkatan WS. Dan entah kenapa pula bertahuntahun
kemudian inisial WS dipanjangkan kembali menjadi Wahyu Salaiman.
Hingga akhir hayatnya, dia tetap bernama Wahyu Salaiman.
Entah kenapa pula, tiba-tiba saja nyanyian belalang itu berhenti. Agaknya dia
tak sanggup melanjutkan nyanyiannya lagi.

Sepatu Baru


Dengan nada guyon, seorang teman berkata, “Jika Rendra masih Katolik,
tentu dia mengenakan sepatu baru, atau paling tidak sepatu yang masih
bagus, atau mengenakan kaos kaki ketika disemayamkan. Tapi karena
bukan, yah...telanjang kaki jadinya.”
“Jadi itu juga, alasanmu untuk tetap beragama Katolik?” tanyaku sekenanya.
“Oooh ,.. tidak! Aku tetap jadi Katolik karena Dia sudah memberiku hidup baru.”
Jawabnya sembari membayangkan sepatu baru yang akan dipakainya nanti.

Mari Bicara


Marilah kita duduk bersama. Di hadapan kita hadir Bunda Maria yang karena
kasihnya kepada kita berkenan turun dari surga. Di hadapan kita pula hadir Ibu
Elizabeth. Nah...jika hal itu benar-benar terjadi, lantas apa yang hendak kita
bicarakan? Adakah kita tetap menyampaikan permohonan-permohonan
ataukah kita ikut mereka memuji Allah?

Coretan di Atas Kertas


Kebiasaanku saat menerima telepon adalah corat-coret di atas kertas. Ada saja
kertas penting yang kadang jadi sasaran tangan isengku. Dengan kebiasaan itu,
rasanya aku lebih santai dalam berbicara. Sekalipun coretan-coretan itu tanpa
arti, bahkan kadang berupa gambar benang kusut, namun kegiatan itu sungguh
sangat berarti.
Dengan berdoa kita mungkin tidak langung mendapatkan jawaban atas segala
persoalan hidup kita, namun kegiatan itu sungguh berarti.

Menunggu Bhiku


Di pelataran biara Mendut, ada kolam memanjang dimana di tengahnya tumbuh
bunga-bunga teratai yang sedang mekar. Sambil menunggu para Bhiku sarapan
pagi, aku memperhatikan masing-masing kelopak bunga teratai itu. Ukurannya,
warnanya, semua hampir sama. Semua mekar untuk memperlihatkan
keindahan dari simbol-simbol yang digenggamnya.
Tanpa terasa aku memperhatikan helai-helai kelopak dalam bunga
kehidupanku. Ada banyak kelopak memang, namun hanya beberapa yang
mekar, selebihnya kering dan layu oleh teriknya kesombongan diri, dan hangus
oleh kepentingan diri. Sementara kasihNya terus saja menaungi diriku.

Read More....

Inspirasi RE 32

Pekerjaan Itu...

Seorang pemuda yang sekian lama menganggur, berdoa memohon agar
Tuhan memberi pekerjaan. Setelah novena 9 kali, akhirnya Tuhan
memberinya pekerjaan, “AnakKu, Kuberi engkau pekerjaan. Inilah pekerjaan
bagimu yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia
yang telah diutus Allah.”
“Yaah...Tuhan, percaya mah bukan pekerjaan! Lagian, mana ada gajinya?”
Pemuda itu spontan berkomentar.

Roti Hidup

“Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi,
dan barangsiapa percaya padaKu, ia tak akan haus lagi.”
Banyak yang berada di sekitar Dia, tetapi mereka tidak datang padaNya
melainkan datang untuk dirinya sendiri.
Banyak yang ada di sekitar Dia, tetapi tidak percaya padaNya melainkan
pada dirinya sendiri.
Banyak orang di sekitar Dia yang haus dan lapar senantiasa.

Roti Bakar

Roti bakar bisa dipesan dengan rasa keju, coklat, kacang, stawberry, nanas,
atau kombinasi. Biasanya roti bakar tidak diproduksi oleh perusahaan
‘bakery’ tetapi dibuat oleh pedagang kaki lima di pinggir-pinggir jalan.
Sebenarnya roti itu tidak dibakar, tetapi dipanggang di atas penggorengan
dengan diolesi mentega.
Roti hidup dengan rasa ‘kasih’ tidak dibakar di atas penggorengan,
melainkan di atas pinggan kehidupan setelah diolesi mentega kepercayaan.
Namun karena ‘mentega’ nya terlalu tipis, maka roti itu kadang gosong dan
tidak enak dimakan.


Panggung ‘Catwalk’


Panggung ‘Catwalk’ adalah tempat para peragawati dan peragawan
memperagakan busana karya seorang disainer. Tujuan dari pameran itu agar
para penonton tertarik dan membeli busana yang diperagakan. Biasanya
untuk memperagakan busana rancangannya, desainer memilih orang-orang
yang cakep, berpostur ideal, dan terlatih untuk memperagakan busana. Cara
mereka berjalan, memutar tubuh, dan bergaya dipandang mampu memberi
nilai lebih pada keindahan busana yang dipergakan.
Jika saja gereja menjadi panggung ‘catwalk’ untuk memperagakan kasih
Tuhan dan bukan sekedar untuk menampilkan kehebatan diri sendiri, tentu
gereja akan menjadi lebih hidup.

Kebanggaan Kita

Ada yang bangga dengan gerejanya, karena di setiap misa kolektenya
berlimpah. Gereja itu pun lantas dikenal sebagai gereja kaya, lalu menjadi
‘jujugan’ paroki-paroki lain yang ingin mendapatkan dana.
Sungguh gereja itu menjadi besar, megah, dan tersohor ke mana-mana,
namun jika masyarakat di sekitarnya masih saja hidup menderita, maka
kebesaran dan kemegahan itu berhenti pada ukuran dunia, karena gereja itu
gagal menyajikan Roti Hidup untuk sesamanya.

Tengoklah

Kami berdua duduk di luar sebuah gereja. Kami berdua berlajar melihat. Karena
ketika kami melihat orang yang ada di dalam, yang kami yakin agamanya adalah
katolik juga, kami sama sekali tidak mengenalnya. Kami melihat mereka namun
terlalu sedikit yang kami tahu tentang mereka, padahal mereka adalah
SAUDARA. Dan ketika mereka pun keluar, tak satupun menengok atau
menyapa kami, karena mereka tidak ada yang mengenal kami, padahal kami
dan mereka adalah SAUDARA.

Tuhan, Maafkan Mimpiku

Suatu malam aku bermimpi. Dalam mimpiku, saat itu aku, istriku, dan anakanakku
sedang keluar dari gereja setelah selesai mengikuti Misa Kudus. Di luar
gereja, para romo di paroki kami berdiri menyambut umat, bersalaman dan
berbincang-bincang sejenak. Kami pun saling menyapa satu sama lain, dan
kami sungguh-sungguh mengenal semua yang tadi duduk bersama kami di
gereja. Misa Kudus itu hanya berlangsung satu jam, tetapi kami ngobrol
bersama sampai berjam-jam. Akhirnya kami pulang dengan ingatan yang kuat,
bahwa kami mempunyai banyak saudara.


Mbolos Sekolah


Beberapa anak bergerombol di belakang sebuah warung masih dengan
seragam sekolah, pada jam pelajaran sekolah. Mereka membolos. Mereka
asyik bercanda, ngobrol nggak karuan. Menurutku mereka melakukan hal itu,
karena tidak menganggap bahwa pelajaran yang harusnya mereka ikuti itu
penting. Namun mungkin juga karena mereka tidak suka dengan gurunya, atau
cara guru menyampaikan pelajaran yang membosankan.
Mbolos ke gereja, mungkin mempunyai alasan yang sama dengan anak-anak
yang mbolos sekolah. Mungkin bagi mereka bertemu dengan Tuhan itu tidak
penting, atau mungkin karena romonya, atau banyak alasan lainnya. Yang pasti,
tentu ada hal yang dianggap lebih penting dari pada Ekaristi.

Read More....

Selasa, 28 Juli 2009

Ini Budi
I ni bu di
bu di ti dak ja di ber ma in bo la
bu di ke ce wa
I ni bu di
bu di ti dak mau ber ba gi
bu di ti dak a pa a pa
Tu han ke ce wa

Roti Tanpa Ikan
Pulang dari gereja seorang anak membeli bakpao. Meski baru saja mendengar bacaan Kitab Suci mengenai 5 roti dan 2 ikan dia tetap tidak mau berbagi roti yang ada di tangannya dengan sang kakak. Kakaknya lalu melaporkan pada ibunya. Ibunya pun langsung menegur anak yang pelit itu, “Apa kamu tidak ingat, bukankah tadi baru saja mendengar bahwa 5 roti 2 ikan itu bisa dibagikan untuk 5000 orang lebih, sementara kamu punya satu roti dan hanya dibagi berdua dengan kakakmu. Kita harus mau berbagi...”
Anak itu dengan kalem menjawab, “Ma..ini roti isi kumbu, nggak ada ikannya”
Alasan anak itu hanya satu dari seribu alasan kita untuk tidak berbagi.

Engkau yang Kubagikan
“Tuhan aku memiliki dua bakul nasi, berkatilah agar bisa dibagikan” Yesus menggelengkan kepala untuk permintaan itu.
“Tuhan aku punya dua piring nasi..” Yesus juga menggeleng tidak mau.
“Tuhan aku memiliki sepiring nasi..” Yesus masuga tidak beranjak.
“Tuhan, aku tinggal memiliki sebutir nasi...mungkinkah aku berbagi ?” Yesus tetap saja menggelengkan kepala.
“Tuhan, aku tidak memiliki apa-apa lagi...” Yesus beranjak dan berkata, “Kemarilah kamu. Kau akan Kuberkati dan akan Aku bagikan pada mereka yang lapar akan kasih sayang.”

Tidak Tepat Waktu
Seorang pengusaha duduk di gereja. Tak lama kemudian Yesus datang dan duduk di dekatnya. Selesai pengusaha itu berdoa, Yesus berkata padanya, “Pak, dulu...dahulu sekali pernah Aku mengadakan mukjizat dengan memberi makan 5000 orang lebih hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Rasanya sekarang Aku ingin mengulanginya lagi, bagaimana pendapatmu?”
“Oh Tuhan, memang di kota ini empat tahun yang lalu pernah terjadi gempa dahsyat dan banyak yang membutuhkan bantuan, tapi mereka sekarang sudah hidup layak dan tak perlu lagi dibantu. Juga orang-orang miskin pun sudah dapat BLT dari pemerintah. Anak-anak sekolah sudah dapet BOS. Nah rasanya kok, nggak tepat waktu kalu sekarang.” katanya sambil berharap Yesus segera berlalu dari sampingnya.

Penginapan Itu....
Bagi perziarah di Sendangsono yang tidak bawa atau tidak punya uang tentu akan minder melihat rumah bagus di samping sendang yang dijadikan penginapan. Mungkin yang pertama terpikir adalah menginap di tempat itu mahal bayarnya. Mereka sama sekali tak akan menyangka bahwa untuk menginap di rumah itu bayarannya sukarela. Mau sejuta boleh, mau seratus ribu boleh, mau seribu rupiah...boleh. Mau tidak bayar pun, boleh. Bahkan untuk yang benar-benar tidak punya uang untuk biaya pulang, Sang Pemilik penginapan itu akan nyangoni! Kadang ketika ada orang bertanya, apakah bangunan itu penginapan, maka pemilik itu akan menjawab, ‘Bukan! Bukan penginapan, tetapi bisa untuk menginap.” Bangunan itu menjadi sarana baginya untuk berbagi.

Kecukupan
Seorang teman berkata, “Orang yang kecukupan itu, bila pendapatannya berupa deret ukur (berkali lipat) sedang pengeluarannya berupa deret hitung (bertambah-tambah).” Sambil mendengarkan aku manggut-manggut saja, mungkin itu alasannya orang tidak berbagi. Kita selalu terpaku bahwa berbagi itu mesti berwujud harta atau materi yang kita miliki.

Meski Secuwil
Apa ada yang protes, ketika mengikuti misa yang kebetulan hostinya tidak cukup lalu dipecah-pecah, hingga hanya dapat secuwil kecil? Jika ada yang protes maka sebesar apapun hosti yang diterimanya tidak akan berarti.

Biaya Sosial

Sebulan yang lalu banyak orang khususnya di pedesaan yang berkeluh kesah sama. Banyak undangan, yang berarti banyaknya sumbangan yang harus diberikan. Itulah biaya sosial yang makin hari rasanya makin tak tertanggungkan. Semangat awal dari tradisi nyumbang adalah semangat berbagi, namun ketika ketetapan ukuran yang disebut ‘layak’ harus terus diikuti maka berbagi itu menjadi beban.
Sama halnya ketika kita terus berpikir berapa besar ‘layak’ nya kita berbagi maka akan semakin berat rasanya untuk berbagi.

Read More....

Inspirasi RE.30

Kisah Kerumunan Domba

Domba-domba berkumpul, mereka berembug untuk memilih pemimpin
diantara mereka. Akhirnya dengan kesepakatan terpilihlah seekor domba
jantan yang kuat dan besar untuk dijadikan pemimpin. Sejak saat itu, seluruh
domba dalam kerumunan itu mentaati semua perintah pemimpinnya,
kemanapun pemimpin itu pergi mereka mengikutinya, mereka manut semua
yang dikatakan sang pemimpin.
Ketika gembala mereka datang, dia sangat terkejut, karena domba-domba
itu tak ada yang taat padanya, dan hanya mengikuti kemana domba jantan
yang terbesar dan terkuat itu pergi. Gembala itu lalu melaporkan
ketidaktaatan domba-domba kepada pemiliknya, dan sang pemilik pun
berkata: “Kendalikanlah domba yang jadi pemimpin itu, tapi kalau dia tidak
taat padamu, aku akan menjual seluruh domba-domba itu dan memberi
domba-domba yang baru bagimu.”

Seperti Kambing

Di sebuah SD pedesaan, Ibu Guru akan membuat drama fabel. Beliau
menawarkan peran pada murid-muridnya: “Siapa yang mau jadi kambing?”
Murid-murid tak ada yang menjawab. Ketika tawaran itu diulanginya lagi,
anak baru pindahan dari kota buru-buru tunjuk jari untuk menyatakan
kesediaannya. Anak-anak yang lain serempak tertawa cekikikan. Mereka
yakin bahwa anak baru itu tidak tahu bahwa kambing itu...bau!!
Rupanya mereka berpikir jika di dalam sandiwara berperan sebagai
kambing, maka mereka akan benar-benar seperti kambing. Nah, karena
itulah mereka memilih berperan sebagai harimau, singa, atau banteng dan
bukan kambing. Rupanya pula, ada yang berpikir bahwa jika dalam
menggereja mereka berperan sebagai kambing maka akan jadi kambing
beneran, maka mereka pun memilih menjadi harimau, singa, dan banteng,
pokoknya yang paling segalanya lah....

Jaman Dahulu

Jaman dahulu, kambing atau domba digembalakan. Mereka di bawa ke
padang rumput oleh sang gembala untuk mencari makan, dan dijaga dari
pencuri, perampok, serigala atau binatang buas lainnya. Namun di jaman ini,
kambing atau domba tidak digembalakan, melainkan dikandangkan dalam
sebuah peternakan. Profesi gembala pun berubah jadi pengurus
peternakan, dan mereka harus memberi makan, mencarikan rumput, dan
membersihkan kandang. Agaknya inilah sebabnya domba dan kambing di
jaman ini lebih manja dan lebih ‘aleman’...

Sepatu Kecil

Sepasang sepatu kecil tergeletak di depan pintu rumah. Sekalipun kakinya
telanjang, tak mungkin seorang dewasa berpikir untuk mencoba
memakainya agar bisa berjalan dengan nyaman.
Entah karena apa, ada saja yang agar nyaman dalam hidup menggereja
memaksakan diri memakai sepatu kecil dan lebih memilih menahan sakit
daripada berjalan dengan kaki telanjang dan bersikap apa adanya.

Botol Susu

Botol susu menjadi alternatif dalam memberi asupan susu pada bayi menjelang
di’sapih’ atau dihentikan mentek susu ibunya. Tidak jarang kebiasaan minum
susu dari botol berlanjut terus hingga anak cukup besar dan semestinya sudah
minum dengan gelas. Mereka biasanya berhenti minum dari botol susu karena
merasa malu.
Jika semasa kanak-kanak kita bisa berhenti nge-dot karena merasa malu,
kapan juga kita akan berhenti berbuat dosa karena merasa malu?

Air Mineral

Dahulu kita menyebutnya air putih meski sebenarnya tidak berwarna alias
bening, namun entah karena apa, sekarang kita menyebutnya air mineral. Nama
baru itu lebih berkonotasi ‘sehat’ sebab mengandung mineral meski hanya
sebatas kata-kata. Nama baru bagi air putih membuatnya bernilai lebih.
Adakah nama baptis yang kita sandang selama ini pun membuat kita menjadi
bernilai lebih?

Gereja yang Bukan Gereja

Gereja adalah persaudaraan orang-orang yang beriman kepada Kristus, namun
ketika gereja menjadi perkumpulan orang-orang yang kebetulan di KTP-nya
tertulis agama yang sama, yakni Kristen, maka jadilah gereja yang bukan gereja.
Ketika di dalam lingkungan/wilayah/paroki gereja terjadi permusuhan dan tidak
ada ketulusan sikap sebagai saudara, maka sepantasnya kita bertanya pada diri
kita sendiri, adakah kita telah menggereja?

Foto Copy

Foto copy hasilnya tentu sama dengan aslinya, kecuali mesin foto copy itu rusak
sehingga ada bagian yang tak tampak, buram, atau ada bagian yang nge-blok
hitam. Jika kita melihat iman para rasul, dan membadingkannya dengan iman
kita saat ini, mungkin kita berpikir apa mesin fotocopy-nya rusak, ya!

Read More....

Sabtu, 11 Juli 2009

Inspirasi No. 29

Yang Terpilih
Terpilihlah satu dari tiga calon, terpilihlah satu dari puluhan tokoh, terpilihlah satu dari sekian ratus juta manusia. Terpilih setelah berminggu-minggu mengatur taktik, strategi, bergaya, dan bermanis-manis serta menahan jengkel untuk menjadi yang terpilih. Yang terpilih bukanlah kita, karena kita bukan terpilih tapi dipilih oleh Dia karena kasihNya.

Suara-suara
Suara-suara kita dihitung di sini, lalu dibawa ke sana untuk dijumlah, dan dikirim ke pusat untuk dijumlah lagi. Namun saking hebatnya ilmu pengetahuan, saking pintarnya otak manusia, seluruh suara-suara itu bisa dibuat sampling dan hanya dengan menghitung ribuan suara kita bisa mengetahui persentase hasil perhitungan jutaan suara, itulah quick count.
Untuk melihat perilaku manusia Allah tidak perlu melakukan quick count. Perilaku seluruh manusia di bumi ini disimpulkannya dengan satu kesimpulan, ‘Mereka pantas dikasihi’.

Bersuara Tanpa Suara
Hari Rabu lalu, kita bersuara tapi tidak mengeluarkan suara. Kita bersuara dengan bahasa simbol, yakni tanda contreng. Kita bersuara untuk mengungkapkan rasa suka, kita bersuara untuk meletakkan harapan atas perjalanan hidup negeri ini.
Seringkali kita pun bersuara tanpa mengeluarkan suara, yakni dengan membuat tanda salib. Kita bersuara untuk mengungkapkan keyakinan, kepercayaan, dan ke-agama-an kita. Sementara Dia menunggu kita .... menunggu kita melakukan hal tersebut sebagai ungkapan kasih, karena untuk alasan itu pulalah Dia telah disalibkan.

Non
Setiap kali dipanggil oleh orangtuaku spontan aku akan menjawab, ‘Non...!’ (o dibaca seperti pada kota). ‘Non’ dalam bahasa Indonesia artinya ‘ya’. Sebagai Bapa, Dia pun memanggil aku dan aku spontan menjawab, ‘non’. Tapi ketika Dia menceritakan tugas yang harus aku lakukan, spontan pula aku berkata, ‘Nyuwun pangapunten.....’ dan bergeser menjauh dariNya.

Sendiri di Keramaian
Malam Jumat pertama, Ganjuran sangat ramai dikunjungi para peziarah. Aku terselip di antara kerumunan itu. Tak ada satupun dari mereka yang aku kenal, dan tak ada seorang pun dari mereka yang mengenal aku. Sementara kami adalah sama-sama murid guru Yesus, satu sekolahan, bahkan satu kelas. Tapi karena kelas itu sangat besar dan muridNya sangat buanyak, maka wajar pula kalau sampai tidak mengenal satu sama lain.
Karena merasa tunggal guru, maka sekalipun tidak kenal, kucoba untuk menyapa salah seorang. Ya ampuun, ternyata sapaanku malah ditanggapi dengan tatapan curiga. Maka jadilah aku sendiri di tengah keramaian, dan tampak pula olehku bahwa para murid-murid Yesus yang terkasih itu membentuk genk-genk dan mereka asyik dengan kelompoknya tanpa menghiraukan orang lain, sekalipun mungkin orang lain itu ..Yesus sendiri.

Ungkapan Kerinduan
Kematian sering terjadi pada saat yang sama sekali tak terduga. Suatu hari aku datang melayat seorang kenalan yang meninggal. Tidak jauh dari peti mati, aku duduk dan berdoa. Beberapa saat kemudian seseorang duduk di sampingku ketika aku tenggelam dalam doaku. Aku terusik dari doaku ketika orang tersebut berkata lirih, “Kematian menjadi saat yang menyedihkan karena orang sering menganggap bahwa kematian adalah akhir dari kehidupan. Jika saja mereka memahami kematian sebagai ungkapan kerinduan Bapa pada anakNya, tentu hal itu tidak lagi menyedihkan.”

Memecah Batu
Palu besar alias bodem diayunkan dan menghantam batu yang keras. Setelah berkali-kali palu dibenturkan, akhirnya batu itu pecah. Satu per satu batu-batu besar yang lain dipecah, lalu dipecah lagi. Ada sebongkah batu besar dan keras dalam hati kita, yang berkali-kali dibenturkan pada persoalan namun tidak kunjung pecah juga. Batu itu adalah batu kesombongan.

Nyanyian Katak
Seorang imam duduk di tepi sungai dan mendengarkan suara-suara katak yang riuh bersautan. Tiba-tiba dia melihat seekor katak muda yang diam, duduk di atas batu. katak itu tidak mengeluarkan suara sedikitpun, dia hanya diam. Imam itu mendekatinya dan bertanya, “Hei katak muda, mengapa kamu tidak ikut bernyanyi dan melantunkan doa pujian pada Allah sebagaimana saudaramu yang lain?
Katak itu berpaling sebentar pada orang yang mengajaknya berbicara. Dia mengamati orang itu dengan seksama, lalu bertanya “Apakah kamu seroang imam?” Orang itu pun mengangguk, mengiyakan.
“Kalau kamu seorang imam, bagaimana mungkin kamu tidak bisa membedakan antara suara rengekan dan pujian?” kata katak muda itu sambil berlalu.

Read More....

Senin, 06 Juli 2009

Inpirasi Re 28

Inspirasi
Siapa sih, Dia?
Siapa sih, Dia? Bila kalimat tanya ini diucapkan dengan nada miring akan muncul kesan meremehkan, tapi bila diucapkan dengan nada penasaran akan muncul kesan ingin tahu. Hanya persoalan nada, tapi artinya akan sangat berbeda. Orang-orang Nazareth, orang yang sekampung dengan Yesus, yang mengenal dan dikenal oleh Yesus, tidak memiliki rasa penasaran itu. Maka mereka pun mengucapkannya dengan nada miring dan meremehkan. Status sosial Yusuf dan Maria menjadikan mereka tidak percaya pada Yesus. Lain dulu, lain sekarang. Saat ini terkadang status sosial kita lah yang membuat kita tidak percaya pada Yesus.

Hatiku, Nazarethku
Waktu pendalaman iman, seorang bapak menyanggah pernyataan pembawa acara yang mengatakan bahwa ‘hati kita adalah Yerusalem baru, karena di hati kitalah Bait Allah berada’. Bapak yang duduk di sudut ruangan itu menyatakan bahwa hatinya adalah ‘Nazareth’ baru, karena dalam hatinya sering kali dia meragukan, tidak percaya, dan menyangkal Yesus. Meski demikian dia bersyukur sebab ada jarak antara ‘Nazareth’ menuju ‘Yerusalem’ yang menjadi tujuan bagi hidupnya, lain halnya jika dia menganggap hatinya adalah ‘Yerusalem’ maka dia hanya akan putar-putar kota saja.

Keheranan Yesus
Jika Yesus heran pada orang-orang yang mengenalnya dan melihat apa yang Dia lakukan tetapi masih juga tidak percaya, betapa herannya Dia pada kita yang mengatakan percaya padaNya namun tidak berbuat apa-apa untuk menyatakan kasih Bapa bagi sesama?

Memilih atau Mencontreng?
Memilih tapi tidak mencontreng berarti gol-put, sedangkan mencontreng tapi tidak memilih berarti gol-beh, keduanya tetap sama. Memilih dan mencontreng bukanlah opsi atau pilihan yang harus dilakukan salah satu, karena mencontreng adalah cara baru untuk memilih, menggantikan cara lama yakni coblosan. Perbedaan mencontreng dan mencoblos adalah: jika mencontreng membuat kertas menjadi kotor sedangkan mencoblos membuat kertas menjadi berlobang. Perbedaan lain, mencontreng membuat tanda centang sedang mencoblos membuat tanda lingkaran. Persamaannya, keduanya merupakan cara untuk memilih. Persamaan lain, keduanya menjadi ukuran untuk menentukan sebuah kekuasaan. Kita memilih Yesus bukan dengan cara mencontreng atau mencoblos, tetapi dengan menunjukkan dalam sikap, kata, dan perbuatan.

mBelik
mBelik adalah istilah Jawa untuk mata air. mBelik biasanya ada di tepian sungai, atau di bawah pohon besar yang akar-akarnya mampu menyimpan air. Hanya pohon kehidupan dan sungai kehidupan yang dapat melahirkan mbelik-mbelik kehidupan. Untuk dapat menjadi mbelik kehidupan syaratnya hanya satu, jangan jauh-jauuuu..h dari Yesus. Sebab dialah pokok dari pohon kehidupan dan Dia adalah sungai kehidupan.

Hakikat Ibu
Duduk di atas rumah panggung, pagi-pagi mbak Anjar lewat. Spontan aku menyapanya, ‘Selamat pagi, mBak! Di mana Aya..?’ Begitulah hakikat seorang ibu, begitu kita bertemu maka yang kita tanyakan secara spontan adalah anaknya. Sedikit aku berpaling ke arah Goa Maria di bawah pohon sono. Ada kerumunan orang di sana, terbersit dalam hatiku pertanyaan, ‘Adakah mereka bertanya tentang anaknya?’

Kok Tanduk?
Adat orang Jawa kadang merepotkan. Ketika makanan di piring masih banyak, lalu kita ‘tanduk’ alias tambah, maka hal itu memalukan. Tetapi, ketika ‘tanduk’ sementara piring sudah bersih sama sekali...itupun dianggap memalukan karena dianggap kelaparan. Yang tidak memalukan menurut adat Jawa, ‘tanduk’ kita lakukan ketika makanan di piring hanya tinggal sedikit, dan kalau mungkin jangan ‘tanduk’. Pernikahan di gereja Katolik lebih ketat daripada adat makan orang Jawa, tapi kok ya ada yang ‘tanduk’ !!

Belajar Memasak
Anak-anakku belajar memasak, mereka mencoba membuat telur puyuh berselimutkan tahu. Ketika aku tanya, bisakah membuat tahu berselimutkan telur puyuh? Mereka serempak geleng kepala. Ketika makanan sudah jadi, wah...nikmatnya, terlebih disantap dengan suace tomat. Sambil makan terpikir olehku, Iman berselimutkan penge-tahu-an akan memudahkan pemahaman, ketika penge-tahu-an berselimutkan iman, maka karya akan semakin berkembang. Keduanya akan menghadirkan hidup beragama yang nikmat. Akan terasa lebih nikmat lagi jika disantap dengan sauce kerendahan hati.

Read More....

Sabtu, 20 Juni 2009

Inspirasi 26

Tiupan Angin
Dari dekat kapel atas di Sendangsono, aku melihat ke arah sungai. Tiba-tiba angin bertiup dan tampak daun-daun berguguran. Daun-daun yang gugur itu ada yang berwarna kuning, ada yang berwarna coklat kering, dan ada yang masih hijau. Dari kesemuanya ada satu hal yang kutangkap, daun-daun itu mengalami situasi yang sama. Karena tiupan angin, mereka kehilangan fungsinya sebagai daun bagi pohon yang telah menumbuhkannya. Ketika iman kehilangan fungsi dalam kehidupan kita, maka iman itu pun hanya menunggu datangnya tiupan angin, dan .........

Balonku Ada 5
Sambil berjalan anak-anak bernyanyi dengan riang. Sepintas lagu yang mereka nyanyikan yakni “Balonku ada 5” biasa-biasa saja, tapi setiap mereka selesai pada bait “meletus balon hijau...dueeer’ serempak mereka tertawa. Karena penasaran aku memperhatikan dengan cermat syair yang mereka nyanyikan.
“Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya, merah kuning kelabu, biru muda dan ungu, meletus balon hijau....duer..” Sampai di sini aku baru sadar, pantas, pantas mereka tertawa. Ternyata balon hijau yang meletus bukanlah balon milik mereka, maka tentu saja hati mereka tidak kacau, tapi justru tertawa. “Lha wong bukan punyaku, kok! Peduli amat?”
Demikianlah para murid di dalam perahu menuduh Yesus tidak peduli, dan tidak ambil pusing dengan keselamatan mereka. Agaknya mereka yakin bahwa mereka bukanlah milik Yesus, mereka merasa tidak dimiliki Yesus.

Air yang Jernih
Untuk berkaca, untuk dapat bercermin di air, tentu kita memilih air yang jernih dan bukan air yang keruh, sebab hanya pada air yang jernih maka bayangan kita akan terlihat jelas. Tapi cobalah membuat sedikit gelombang di air itu, maka sekalipun bayangan kita masih tampak namun wujudnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Demikian pun ketika angin bertiup dan membentuk riak pada permukaan hidup kita, mungkin iman kita akan goyah dan pleyat-pleyot, tapi sabarlah, ketika angin itu reda dan kehidupan kembali tenang lihatlah kembali. Adakah bayangan iman itu masih tetap seperti sedia kala? Kalau masih tetap, nah kita pun lulus ujian 100%.


Suara Air

Sepandai-pandainya Butet Kertarejasa atau siapapun menirukan suara orang, mereka tak bisa menirukan suara gemericik air. Yang bisa dilakukan adalah merekamnya dan memutar kembali suara tersebut. Namun adakah rekaman suara itu mampu memberi kesegaran dan sensasi alaminya? Kitab Suci adalah rekaman sabda Yesus, untuk mendapatkan kesegaran dan sensasi kasihNya, masuklah...

Perubahan Wujud
Aku meletakkan sebongkah es batu di atas piring, lalu piring dengan bongkahan es di atasnya tersebut kuletakkan di bawah terik matahari. Beberapa menit kemudian, es mencair dan air membasahi permukaan piring. Beberapa jam kemudian air itu menguap menjadi uap air dan pergi entah kemana. Namun aku yakin bahwa uap air itu akan turun kembali sebagai hujan air maupun hujan salju untuk kemudian mengalami siklus besar yang sama namun dalam skala waktu dan perjalanan yang berbeda. Dan aku membandingkan peristiwa itu dengan anugerah Allah dalam hidupku.

Cinta di dalam Tenggok
Si kecil Cinta rewel dan terus nangis. Mas Pius ayahnya, menghibur dengan cara yang aneh. Cinta dimasukkan dalam tenggok (keranjang bambu) dan dibopongnya kesana-kemari. Cinta pun diam bahkan tertawa-tawa. Melihat hal itu, aku merasa iri dan terpikir olehku adakah ketika aku rewel, Bapa juga memasukkan aku ke dalam tenggok dan membopongnya kesana-kemari? Mungkin ya juga sih, tapi agaknya aku kehilangan sifat kanak-kanak sebagaimana Si Cinta, sehingga aku masih juga tidak bisa tertawa bahagia.

Alkisah Sebuah Surat
Alkisah sebuah surat dari seorang umat di sebuah Paroki melayang dan sampai di meja Uskup. Tidak ada yang menarik dari isi surat itu kecuali paragraf terakhirnya. Dalam paragraf tersebut, tertulis harapan agar Bapa Uskup mempertimbangkan untuk tidak me-mutasi romo yang berkarya di paroki tersebut.
Alkisah pula, setelah surat itu terkirim, si penulis surat menimbang-nimbang kembali dalam hatinya, sekalipun surat itu sudah terlanjur terkirim, dan tak mungkin ditarik kembali.
Alkisah lagi, si penulis menunggu dan menunggu reaksi dari surat yang telah dikirimnya. Saat menunggu itulah muncul kepasrahan, apa pun yang terjadi tentu merupakan hal yang terbaik adanya.
Demikianlah alkisah sebuah surat yang bercerita tentang hubungan gembala dan dombanya.

Read More....

Rabu, 03 Juni 2009

Kumpulan RE1

Seorang ibu berteriak pada anaknya, “Nak, pergilah ke warung....” Belum selesai bicara anaknya telah berangkat ke warung. Tak lama kemudian anak itu menemui ibunya dan bertanya, ‘”‘Ibu menyuruh aku ke warung untuk membeli apa?” “Membeli beras.....!” Sahut ibunya, si anak segera berangkat lagi ke warung. Tak lama kemudian si anak kembali pada ibunya, “Bu, beli berasnya jenis apa?” Setelah menerima jawaban dia kembali ke warung. Tapi tak lama pulang lagi dan bertanya, “Bu,beli berasnya berapa kilo?” Setelah dijawab dia pergi ke warung lagi, tapi kemudian kembali lagi, “Bu...uangnya mana? Setelah menerima uang si anak kembali ke warung lagi. Ketika pulang, si anak berkata “Bu...warungnya sudah tutup!”
Anak itu berusaha mendengar dan melaksanakan, tapi tanpa pemahaman.

Masih soal pemahaman, seekor monyet selesai mendengar pesan ibunya agar selalu membantu sesamanya yang kesulitan, sampai di tepi kolam melihat seekor ikan didalam kolam itu. Tanpa pikir panjang dia tangkap dan angkat ikan itu lalu dibawanya pulang. Sampai di rumah dia berteriak pada ibunya, “Bu, aku berhasil menyelamatkan ikan yang tenggelam dalam kolam!”

Tanpa terlebih dahulu memberitahu istri, seorang petani menjual tiga ekor sapi miliknya untuk membeli induk tanaman Anthurium. Ketika sedang menghitung-hitung keuntungan yang didapat dari penjualan bibitnya nanti, sang Istri yang marah memotong-motong tanaman yang baru dibelinya tersebut. Karuan saja petani itu marah besar, dan istrinya dihajar, lalu disuruh pergi.
Komunikasi adalah perkara kecil yang bisa menimbulkan persoalan besar.

Seekor ulat enggan menjadi kepompong karena masih banyak daun segar yang belum sempat dilahapnya. Si Ulat dengan getol terus memakan daun-daun yang tersisa sampai kekenyangan dan mati. Sayang, ulat itu melewatkan sebuah kesempatan untuk menjadi kupu-kupu yang indah.

Seorang petani berdiri di pematang sawah. Tanpa sengaja dia menginjak liang semut. Rombongan semut yang hendak masuk membawa makanan merekapun kebingungan. Akhirnya seekor semut merah yang kecil dengan nekat menggigit kaki si petani. Karuan saja si petani terkejut dan mengangkat kakinya. Ditepuknya semut merah kecil itu hingga gepeng, sambil beranjak dari pematang itu. Dan rombongan semut pun segera masuk ke dalam liang sambil membawa makanan.
Pengorbanan si kecil yang membawa kelegaan bagi saudara-saudaranya sungguh pantas dianggap perbuatan besar.

Seorang insinyur bangunan sangat bangga dalam peresmian gedung pencakar langit yang telah selesai dibangunnya. Ketika pulang ke rumah, istrinya menitipkan si bayi karena dia hendak pergi berbelanja. Sepeninggal sang istri, Insinyur itu kebingungan karena bayinya BAB dan dia tak bisa mengganti popoknya.

Seorang mahasiswa gagal mengikuti ujian karena dia bangun kesiangan. Setahun kemudian mahasiswa itu lulus, namun saat melamar pekerjaan kembali mengalami kegagalan, karena dia bangun kesiangan pada saat harus mengikuti wawancara. Dua tahun kemudian dia telah bekerja, namun harus dikeluarkan karena bangun kesiangan saat harus mengirim barang ke luar negeri sehingga perusahaanya terkena penalti ratusan juta rupiah. Akhirnya lima tahun kemudian dia meninggal dunia karena masih ketiduran saat terjadinya gempa bumi.

Dua orang pemuda kaka beradik mencari kerja di kota besar. Sang kakak akhirnya bekerja menjadi kasir di sebuah Bank. Sedangkan adiknya bekerja sebagai tukang sapu di tempat pelacuran. Ketika mereka bertemu sang kakak mengejek adiknya dan mengatakan bahwa dia makan harta halal sedangkan si adik makan harta haram.
Pada suatu hari si adik mengantar majikannya ke Bank dimana kakaknya bekerja, untuk menyimpan uang. Sambil menyerahkan uang si adik menyelipkan secarik kertas yang bertuliskan, “Kak, silahkan baca Lukas 16: 11-12.”

Seorang bendahara merasa sangat bersalah karena telah menghambur-hamburkan harta perusahaan untuk kepentingan pribadi (alias korupsi) sehingga dia dipecat dari perusahaan itu dan dituntut hukuman penjara. Sebelum masuk ke penjara dia menjual seluruh hasil korupsinya dan diam-diam mempersembahkan seluruhnya uangnya untuk gereja. Di dalam penjara perasaan bersalah justru semakin besar karena dia merasa telah menodai kesucian gereja dengan hasil korupsinya. Akhirnya Tuhan mengutus malaikat untuk menemuinya dan berpesan, “ Dosamu sudah diampuni karena perasaan bersalahmu. Tapi kalau keluar nanti, ‘JANGAN KORUPSI LAGI’ .”

Secara diam-diam seorang karyawan bekerja pada perusahaan lain. Secara diam-diam pula dia membuat sebuah perusahaan sendiri. Maka, secara diam-diam pula dia telah mengikatkan diri pada Mamon yang tidak jujur.

Seorang pemuda kaya berdoa, “Ya Bapa, aku akan mengabdi sepenuhnya padaMu, kuserahkan seluruh hidupku pada-Mu. Perbuatlah padaku sekehendak hati-Mu.” Selesai berdoa, pemuda itu duduk santai, sambil menikmati secangkir kopi dan menghisap rokok, dia menunggu ‘Kehendak Tuhan’. Sementara di luar, anak-anak jalanan mengais sekeping uang.

Kepala sebuah rumah sakit kecil mewajibkan perawatnya untuk menghafalkan syair anak-anak:
Aku teko kecil, penuh berisi air.
Jika engkau haus, janganlah khawatir.
Ambil saja cangkir, lalu tuang aku.
Seteguk airku, pelepas dahagamuuu.
Para perawat harus mendeklamasikan syair itu setiap akan mulai bertugas. Lima tahun kemudian, rumah sakit itu berubah menjadi rumah sakit yang terbesar.

Read More....

Bumi Berputar

Bumi mengelilingi matahari dan ada sebagian sisi bumi yang menghadap matahari akan mendapatkan sinarnya, ada pula sisi yang tidak menghadap matahari sehingga mengalami gelap. Namun bumi pun berputar pada porosnya, sehingga setiap sisi permukaan bumi secara bergantian mengalami terang dan gelap.
Menghindari kegelapan adalah hal yang mustahil, karena kita harus bergerak dengan kecepatan setidaknya 850,417 km/jam melawan arah rotasi bumi, kita akan kelelahan. Yang bisa kita lakukan adalah menerima kegelapan itu, dan menggunakan kegelapan itu untuk bertobat, menyadari kesalahan dan dosa, serta merendahkan diri di hadapan Allah. Dengan keyakinan akan cinta dan kerahimanNya, maka kita akan menerima datangnya terang dengan penuh rasa syukur.

Read More....

Fajar Baru

Tahun Baru kita awali dengan fajar baru. Sekalipun tersaput mendung, tapi terang itu nyata datang membuat langit tak lagi hitam kelam, membuat kita mampu melihat benda-benda yang ada di sekeliling kita. Terang matahari nyata menerangi bumi seisinya, dan mulailah kehidupan bergerak mengawali tahun baru yang datang menjelang.
(Kubuka lembar pertama Injil Yohanes) Sabda itu sumber hidup, dan hidup memberi terang kepada manusia. Terang itu bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan tak dapat memadamkannya (Yoh. 1: 4-5). Lalu kututup Injil Yohanes dengan sebuah pertanyaan yang mengiang hingga saat ini, “Adakah Terang itu nyata menjadi penerang hidupku?”
Fajar baru berlalu dan ketika malam kembali menjelang, kututup hari pertamaku dengan doa pertobatan, “Ya Tuhan, ampunilah diriku yang selalu menganggap bahwa akal dan pikiranku adalah terang, bahwa uang dan kekayaan adalah terang, sehingga kusingkirkan terang sabdaMu dari lubuk hatiku.”

Read More....

Gaya Istriku

Istriku memiliki gaya bercerita yang sangat berbeda denganku. Dia bisa bercerita secara rinci, bahkan hal-hal yang menurutku tidak perlu diceritakan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan ceritanya. Kadang aku memang merasa jengkel jika mendengar dia bercerita. Ibaratnya untuk bercerita bahwa dia tadi menggoreng tempe, dia akan memulainya dari pertemuan dengan si penjual tempe, dimana dia lantas meletakkan tempe itu, juga tentang persiapan seperti membuka bungkus mengupas bawang, memberi garam, membuat garitan pada tempe itu hingga saat menggorengnya. Sebaliknya dia pun sering jengkel jika bertanya padaku tentang pertemuanku dengan teman hanya kujawab hal yang pokok saja. Lambat laun aku memahami dia, dan mampu melihat bahwa dengan gayanya bercerita ternyata cerita itu menjadi lebih hidup dan nyata sekalipun hanya didengar.
Memahami Tuhan melalui hal-hal yang pokok dari ajaranNya, baik-baik saja. Tetapi memahamiNya melalui hal-hal yang kecil akan membuat kisah tentang Dia akan menjadi lebih hidup dan nyata. Misalnya, pernahkah anda membayangkan bagaimana Dia berguarau, saat minum, saat makan, saat mencuci muka, atau saat memakai dan melepas sandal? Hal-hal kecil tentang Dia itulah yang sering kita lewatkan.

Read More....

Pertanyaan Awal

Ketika kita bertemu teman, sahabat handai taulan atau saudara, pertanyaan awal yang sering terlontar adalah kabar keselamatan. Pertanyaan awal itu kadang hanya merupakan basa-basi atau sekedar ungkapan kesopanan dan untuk menunjukkan perhatian.
Dalam misa kudus, kita bertemu Tuhan Yesus, namun pernahkah pertanyaan awal mengenai kabar keselamatan itu terlontar? Mungkin kita merasa tak pantas untuk menanyakan kabar keselamatan pada Sang Juru Selamat, mungkin kita menganggap pertemuan itu tidak pernah ada, atau mungkin ada, hanya tidak nyata atau serupa fatamorgana. Hayoo, siapa yang pernah menyapa Dia, “Gusti, kados pundi kabaripun?”

Read More....

Yang Tidak Dia Berikan

Setelah semua selesai diciptakan, Allah memberkati semua ciptaanNya dan menyerahkan bumi seisinya untuk dikuasai manusia. Satu hal yang tidak Dia serahkan kepada manusia untuk dikuasai adalah waktu. Waktu adalah milikNya, dalam kekuasaanNya. Allah memberikan waktu bagi kita bukan untuk kita kuasai, tetapi agar kita gunakan untuk mengisi hidup, namun kini justru kitalah yang dikuasai oleh waktu. Hidup kita sepenuhnya untuk mengisi waktu, yang kita aku sebagai milik kita. Kita menggunakan hidup untuk berebut waktu, berebut kesempatan. Setiap tahun berganti, kita mengawalinya dengan membuat perencanaan mengenai apa yang harus kita lakukan untuk mengisi waktu satu tahun yang akan kita jalani.
Kunyalakan sebatang lilin, sambil menunggu habis nyala lilin itu kurenungi kehidupanku. Saat demi saat waktu yang kulalui, tampak sudah bahwa hidupku kosong tak terisi.

Read More....