Minggu, 16 Agustus 2009

Inspirasi RE 34

Hidup Selama-lamanya

Jika ada tawaran bagi kita untuk hidup selamanya, spontan kita akan
memisahkan ‘hidup’ yang ditawarkan itu dengan hidup kita di dunia. Entah
kita akan mengartikan ‘hidup’ itu sebagai apa, yang jelas bukan hidup kita
saat ini, bukan hidup kita di dunia ini. Kita terlalu yakin bahwa hidup di dunia
sementara, dan kita terlalu yakin bahwa semua manusia di dunia ditakdirkan
untuk mati. Dan saking yakinnya, maka kita pun berusaha menikmati hidup di
dunia ini sepuas-puasnya, mumpung belum berakhir. Dan untuk tawaran
‘hidup’ selamanya, mungkin kita hanya menjawab, ‘Ah...ntar sajalah..”

Sekiranya

“Ini tubuhKu, ini darahKu...makan dan minumlah”
Berhentilah sejenak, dan mari kita menghayatinya.
Sekiranya kita dapat merasakan bahwa itu adalah tubuh dan darah Kristus,
maka terpampang salib di depan kita yang menunggu untuk kita pikul.
Sekiranya kita yakin bahwa itu adalah tubuh dan darah Kristus yang
sesungguhnya, maka tak akan ada orang katolik yang kaya raya.
Sekiranya kita menghayati benar bahwa itu adalah tubuh dan darah Kristus
yang sesungguhnya, maka kita tak perlu lagi menggunakan kata ‘sekiranya’.

Darah

Kata darah seringkali digunakan dalam frasa idiomatik. Darah seni berarti
bakat seni, darah muda berarti semangat muda, darah biru berarti keturunan
bangsawan, darah pahlawan berarti pengorbanan pahlawan. Bagaimana
kita akan mengartikan darah Kristus?

18 Bulan Lagi

Pengadilan Myanmar menjatuhkan hukuman 18 bulan tahanan rumah bagi
Suu Kyi karena dia mengizinkan warga AS tinggal di rumahnya selama dua
hari. Seandainya orang itu tinggal lebih lama lagi, mungkin lebih lama pula
hukuman yang dijatuhkan pada Suu Kyi. Untuk selanjutnya, mungkin Suu Kyi
akan lebih berhati-hati menerima dan mengizinkan orang lain tinggal di
rumahnya. Untuk alasan yang nyaris sama, kita pun sangat berhati-hati
untuk menerima dan megizinkan Yesus tinggal dalam rumah dan hati kita,
saking hati-hatinya kita merasa cukup hanya dengan menempel gambarNya,
patung, atau memasang salibNya.

Kaca Mata

Kaca mata minus untuk orang yang rabun jauh, kaca mata plus untuk yang
rabun dekat. Kaca mata rangkap, untuk mereka yang melihat jauh susah
melihat dekat juga susah.
Orang-orang Yahudi yang mendengar sabdaYesus tidak sakit mata, tetapi
mereka tidak bisa melihat jauhnya makna yang ada dalam sabda Yesus, dan
mereka pun tidak bisa melihat dekatnya kasih yang ada di hadapan mereka.
Agaknya mata hati mereka memerlukan kaca mata rangkap, persis seperti
juga...................................................................................................... kita!!!

Kitab Suci-ku

Kitab suci kecil selalu berada di dalam tasku. Dahulu kitab suci itu hanya kubuka
ketika aku hendak berdoa dan mencari tahu bagaimana Dia bersabda untuk
persoalan hidupku. Namun akhir-akhir ini aku lebih suka membuka kitab suci
karena rindu untuk mendengar suaraNya, dan kerinduan itulah yang semakin
hari semakin aku nikmati.
Kitab suci kecilku, tetap berupa buku, dan lembar-lembar yang ada di dalamnya
tetap berupa kertas, namun sabda-sabdaNya yang tertulis selalu bersuara di
dalam hati sanubariku.

Amplop Kecil

Beberapa orang melintas di depan sebuah toko, tiba-tiba serempak belok dan
masuk ke dalam toko itu. Mereka membeli barang yang sama, yakni amplop
kecil. Beberapa saat kemudian rombongan lain datang dan membeli amplop
kecil pula. Orang-orang itu hendak melayat, dan amplop kecil dibutuhkan untuk
‘nyumbang’. Dengan amplop itu mereka merasa aman dan nyaman, sebab
seberapapun yang mereka masukkan tak ada yang mengetahuinya. Hanya nilai
kepantasan yang membatasi mereka dalam menentukan jumlah sumbangan
yang akan diberikan.
Jika nilai kepantasan masih kita pergunakan untuk menentukan besarnya
persembahan kita kepada Tuhan, bagaimana kita akan menilai apa yang telah
Dia berikan kepada kita? Di dalam amplop kecil kita memberi namun
keseluruhan diriNya kita dapatkan.

Sekering

Sekering adalah alat pengaman, yang akan terputus jika arus listrik terlalu besar
melewatinya. Di dalam logika kita pun terdapat sekering yang akan terputus jika
arus rahmat demikian besar melewatinya. Ada sekering yang batasnya terlalu
kecil sehingga logika kita kerap putus dan semua dianggap mukjizat, ada yang
batasnya terlalu besar sehingga sebesar apapun rahmat yang mengalir, tetap
saja dipahami sebatas dengan logika dan tak pernah bisa melihat mukjizat.

Read More....

Inspirasi RE 33

Dua Kalimat

Dalam Injil Lukas diceritakan bahwa sebelum Maria mengunjungi Elizabeth,
kalimat yang dia ucapkan adalah, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku
seturut perkataanmu.”
Ketika dia bertemu Elizabeth, maka salah satu kalimat Elizabeth adalah,
“Siapakah aku ini, hingga ibu Tuhan datang padaku?”
Jika kita diminta memilih untuk menirukan, kalimat yang manakah yang
hendak kita tirukan?

Sudah Mulia, Koq

Ketika di gereja, saat umat bernyanyi seorang anak tidak mau ikut bernyanyi.
Ayahnya menegur anak itu katanya,”Nak menyanyi itu untuk memuliakan
Tuhan.” Anak itupun sambil berbisik protes pada ayahnya, “Pak, ngapain kita
memuliakan Tuhan? Tuhan itu, nggak usah kita muliakan juga sudah Maha
Mulia.”
Dengan sabar ayahnya menjelaskan, “Nak, memuliakan Tuhan itu berarti
menempatkan Tuhan sebagai yang paling berharga, paling berarti di dalam
hidup kita. Memang Tuhan itu segalanya, namun sering kita mengabaikannya,
bukan?”

Jiwa yang Berbicara

Ada dua jiwa di alam baka berjalan beriringan. Mereka meregang nyawa
selisih tiga hari saja. Yang satu suka tertawa, yang satu suka mengumbar
ekspresi untuk sebuah gugatan yang dirangkainya sendiri.
Keduanya terus berjalan, meski di dunia mereka saling kenal namun tidak
saling pandang karena mata tak lagi mereka miliki. Keduanya berdampingan
namun tak lagi berkata-kata karena mulut dan lidah tertinggal sudah di dunia.
Yang satu tak mampu tertawa, yang satu tak mampu mengurai rasa.
Sekiranya jiwa-jiwa itu mampu berbicara, mereka akan mengungkapkan
kepada kita, tentang arti kesederhanaan dan kehormatan setelah ajal tiba.

Nyanyian Belalang

Seekor belalang bernyanyi, menyanyikan kidung malam. Kidung itu
menceritakan kisah seorang ayah yang bernama Cyprianus dan ibu yang
bernama Chatarina, mempunyai seorang anak yang lalu diberinya nama
Willibrordus Surendra. Namun entah mengapa, agaknya karena anaknya
tumbuh di jaman yang salah hingga jadi seorang pemberontak, maka setelah
tua nama Willibrordus Surendra itu tak pernah disebut secara panjang
melainkan cukup dengan singkatan WS. Dan entah kenapa pula bertahuntahun
kemudian inisial WS dipanjangkan kembali menjadi Wahyu Salaiman.
Hingga akhir hayatnya, dia tetap bernama Wahyu Salaiman.
Entah kenapa pula, tiba-tiba saja nyanyian belalang itu berhenti. Agaknya dia
tak sanggup melanjutkan nyanyiannya lagi.

Sepatu Baru


Dengan nada guyon, seorang teman berkata, “Jika Rendra masih Katolik,
tentu dia mengenakan sepatu baru, atau paling tidak sepatu yang masih
bagus, atau mengenakan kaos kaki ketika disemayamkan. Tapi karena
bukan, yah...telanjang kaki jadinya.”
“Jadi itu juga, alasanmu untuk tetap beragama Katolik?” tanyaku sekenanya.
“Oooh ,.. tidak! Aku tetap jadi Katolik karena Dia sudah memberiku hidup baru.”
Jawabnya sembari membayangkan sepatu baru yang akan dipakainya nanti.

Mari Bicara


Marilah kita duduk bersama. Di hadapan kita hadir Bunda Maria yang karena
kasihnya kepada kita berkenan turun dari surga. Di hadapan kita pula hadir Ibu
Elizabeth. Nah...jika hal itu benar-benar terjadi, lantas apa yang hendak kita
bicarakan? Adakah kita tetap menyampaikan permohonan-permohonan
ataukah kita ikut mereka memuji Allah?

Coretan di Atas Kertas


Kebiasaanku saat menerima telepon adalah corat-coret di atas kertas. Ada saja
kertas penting yang kadang jadi sasaran tangan isengku. Dengan kebiasaan itu,
rasanya aku lebih santai dalam berbicara. Sekalipun coretan-coretan itu tanpa
arti, bahkan kadang berupa gambar benang kusut, namun kegiatan itu sungguh
sangat berarti.
Dengan berdoa kita mungkin tidak langung mendapatkan jawaban atas segala
persoalan hidup kita, namun kegiatan itu sungguh berarti.

Menunggu Bhiku


Di pelataran biara Mendut, ada kolam memanjang dimana di tengahnya tumbuh
bunga-bunga teratai yang sedang mekar. Sambil menunggu para Bhiku sarapan
pagi, aku memperhatikan masing-masing kelopak bunga teratai itu. Ukurannya,
warnanya, semua hampir sama. Semua mekar untuk memperlihatkan
keindahan dari simbol-simbol yang digenggamnya.
Tanpa terasa aku memperhatikan helai-helai kelopak dalam bunga
kehidupanku. Ada banyak kelopak memang, namun hanya beberapa yang
mekar, selebihnya kering dan layu oleh teriknya kesombongan diri, dan hangus
oleh kepentingan diri. Sementara kasihNya terus saja menaungi diriku.

Read More....

Inspirasi RE 32

Pekerjaan Itu...

Seorang pemuda yang sekian lama menganggur, berdoa memohon agar
Tuhan memberi pekerjaan. Setelah novena 9 kali, akhirnya Tuhan
memberinya pekerjaan, “AnakKu, Kuberi engkau pekerjaan. Inilah pekerjaan
bagimu yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia
yang telah diutus Allah.”
“Yaah...Tuhan, percaya mah bukan pekerjaan! Lagian, mana ada gajinya?”
Pemuda itu spontan berkomentar.

Roti Hidup

“Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi,
dan barangsiapa percaya padaKu, ia tak akan haus lagi.”
Banyak yang berada di sekitar Dia, tetapi mereka tidak datang padaNya
melainkan datang untuk dirinya sendiri.
Banyak yang ada di sekitar Dia, tetapi tidak percaya padaNya melainkan
pada dirinya sendiri.
Banyak orang di sekitar Dia yang haus dan lapar senantiasa.

Roti Bakar

Roti bakar bisa dipesan dengan rasa keju, coklat, kacang, stawberry, nanas,
atau kombinasi. Biasanya roti bakar tidak diproduksi oleh perusahaan
‘bakery’ tetapi dibuat oleh pedagang kaki lima di pinggir-pinggir jalan.
Sebenarnya roti itu tidak dibakar, tetapi dipanggang di atas penggorengan
dengan diolesi mentega.
Roti hidup dengan rasa ‘kasih’ tidak dibakar di atas penggorengan,
melainkan di atas pinggan kehidupan setelah diolesi mentega kepercayaan.
Namun karena ‘mentega’ nya terlalu tipis, maka roti itu kadang gosong dan
tidak enak dimakan.


Panggung ‘Catwalk’


Panggung ‘Catwalk’ adalah tempat para peragawati dan peragawan
memperagakan busana karya seorang disainer. Tujuan dari pameran itu agar
para penonton tertarik dan membeli busana yang diperagakan. Biasanya
untuk memperagakan busana rancangannya, desainer memilih orang-orang
yang cakep, berpostur ideal, dan terlatih untuk memperagakan busana. Cara
mereka berjalan, memutar tubuh, dan bergaya dipandang mampu memberi
nilai lebih pada keindahan busana yang dipergakan.
Jika saja gereja menjadi panggung ‘catwalk’ untuk memperagakan kasih
Tuhan dan bukan sekedar untuk menampilkan kehebatan diri sendiri, tentu
gereja akan menjadi lebih hidup.

Kebanggaan Kita

Ada yang bangga dengan gerejanya, karena di setiap misa kolektenya
berlimpah. Gereja itu pun lantas dikenal sebagai gereja kaya, lalu menjadi
‘jujugan’ paroki-paroki lain yang ingin mendapatkan dana.
Sungguh gereja itu menjadi besar, megah, dan tersohor ke mana-mana,
namun jika masyarakat di sekitarnya masih saja hidup menderita, maka
kebesaran dan kemegahan itu berhenti pada ukuran dunia, karena gereja itu
gagal menyajikan Roti Hidup untuk sesamanya.

Tengoklah

Kami berdua duduk di luar sebuah gereja. Kami berdua berlajar melihat. Karena
ketika kami melihat orang yang ada di dalam, yang kami yakin agamanya adalah
katolik juga, kami sama sekali tidak mengenalnya. Kami melihat mereka namun
terlalu sedikit yang kami tahu tentang mereka, padahal mereka adalah
SAUDARA. Dan ketika mereka pun keluar, tak satupun menengok atau
menyapa kami, karena mereka tidak ada yang mengenal kami, padahal kami
dan mereka adalah SAUDARA.

Tuhan, Maafkan Mimpiku

Suatu malam aku bermimpi. Dalam mimpiku, saat itu aku, istriku, dan anakanakku
sedang keluar dari gereja setelah selesai mengikuti Misa Kudus. Di luar
gereja, para romo di paroki kami berdiri menyambut umat, bersalaman dan
berbincang-bincang sejenak. Kami pun saling menyapa satu sama lain, dan
kami sungguh-sungguh mengenal semua yang tadi duduk bersama kami di
gereja. Misa Kudus itu hanya berlangsung satu jam, tetapi kami ngobrol
bersama sampai berjam-jam. Akhirnya kami pulang dengan ingatan yang kuat,
bahwa kami mempunyai banyak saudara.


Mbolos Sekolah


Beberapa anak bergerombol di belakang sebuah warung masih dengan
seragam sekolah, pada jam pelajaran sekolah. Mereka membolos. Mereka
asyik bercanda, ngobrol nggak karuan. Menurutku mereka melakukan hal itu,
karena tidak menganggap bahwa pelajaran yang harusnya mereka ikuti itu
penting. Namun mungkin juga karena mereka tidak suka dengan gurunya, atau
cara guru menyampaikan pelajaran yang membosankan.
Mbolos ke gereja, mungkin mempunyai alasan yang sama dengan anak-anak
yang mbolos sekolah. Mungkin bagi mereka bertemu dengan Tuhan itu tidak
penting, atau mungkin karena romonya, atau banyak alasan lainnya. Yang pasti,
tentu ada hal yang dianggap lebih penting dari pada Ekaristi.

Read More....