Kita hanya tahu bahwa ulat bahwa ulat berubah menjadi kupu-kupu, tanpa tahu persis yang dialami si ulat dalam kepompongnya. Bagaimana tubuhnya hancur, untuk kemudian dibangun, dibentuk kembali dalam rupa yang sama sekali berbeda, sama sekali baru. Ulat tak enggan untuk menjadi kepompong sekalipun masih banyak daun yang belum habis dimakannya. Dia tak enggan meski dia tak tahu akan menjadi serupa apa dirinya nanti.
Rabu, 13 Februari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ingin seperti ulat yg berubah meski tak mudah...
BalasHapusmasa transisi terkadang memang berat tp jika kita berusaha dan mempercayakannya pd kehendak Tuhan maka kita bersiap mjd kupu2 yg indah,,,